Kuasa Alam Kuasa Politik
UNTUK memahami politik di Indonesia orang harus mengenal kultur, sejarah, dan tradisi yang berkembang secara dominan di tengah-tengah masyarakatnya.
Kultur dan tradisi di dalamnya adalah termasuk legenda dan mitos-mitos, karena dua hal terakhir ini sering dipakai untuk alat legitimasi kekuasaan.
Herbert Feith bahkan berpendapat, pemerintahan modem Indonesia sejak orde lama, orde baru, sampai orde yang paling baru, selalu dicirikan oleh tiga hal yaitu rituals and symbols and ceremonials, alias upacara-upacara, lambang-lambang, dan tata cara-tata cara.
Memahami kejadian-kejadian alam yang menjadi latar terjadinya sebuah situasi atau sebuah peristiwa politik juga penting.
Sejarawan Onghokham misalnya mencatat sebuah situasi alam yang terjadi menjelang suksesi berdarah pada bulan September tahun 1965.
Onghokham yang ketika itu melakukan perjalanan ke beberapa daerah mencatat keanehan-keanehan. Di beberapa tempat misalnya hampir setiap malam di tiap jalan yang dilaluinya dia melihat ratusan tikus turun ke jalan mencari makanan.
Melalui sorot lampu mobil yang ditumpanginya dia melihat tikus-tikus kelaparan itu keluar dari sawah-sawah dan saluran irigasi yang kering akibat musim kemarau yang panjang.
Waktu itu di koran-koran muncul pula cerita-cerita seram tentang tikus-tikus di malam hari yang memakan bayi dan anak-anak kecil.
Sementara itu di beberapa kota besar di Jawa kutu busuk ikut merajalela. Menurut Onghokham. orang tidak bisa duduk di kursi umum seperti bioskop dan di tempat-tempat lain seperti hotel, keraton, sampai rumah-rumah golongan menengah di perkotaan seperti Solo.
Gangguan kutu busuk di luar Jakarta lebih parah, khususnya di Solo dan Jogjakarta. Kalau petani di pedesaan diganggu tikus, orang kota diganggu oleh kutu busuk yang merajalela.
Bahan makanan pokok juga sulit didapat. Beras mahal sehingga orang ngantre raskin. Minyak tanah hilang. Gula, susu, dan tepung melambung harganya. Masyarakat makan bulgur. Kelaparan, kemiskinan, dan pengangguranberlangsung dimana-mana. Sedangkan kriminalitas meningkat, simbol-simbol negara kehilangan wibawa sehingga semakin tidak dihargai. Apakah bedanya dengan keadaan sekarang.
Mungkin saja jauh berbeda. Selama kepentingan kelompok middle class di dalam masyarakat saat ini tidak terganggu, selama itu pula gejolak di dalam masyarakat bisa dikendalikan.
Gejolak-gejolak sosial yang muncul akibat gejolak politik yang terjadi pada tahun 1998 tidak terlepas dari peran kelompok-kelompok middle class yang terganggu kepentingannya (privileges), terutama kepentingan ekonomi mereka.
Barangkali terlalu nadi" menghu-bung-hubungkan peristiwa meletusnya Merapi, tsunami Mentawai, banjir akibat longsor di Wasior, dengan peristiwa-peristiwa politik dan berbagai gejala sosial yang berkembang di masyarakat sekarang.
Namun kerangka berpikir yang menghubung-hubungkan kuasa alam dengan kuasa politik dalam kultur politik dan kultur kekuasaan di Indonesia sesungguhnya adalah persoalan yang sulit diingkari (apalagi ditiadakan).
Karena kekuasaan politik di Indonesia sejak dulu sampai sekarang nyatanya dibangun di alas mitos-mitos dan legenda-legenda.
Kalau Anda tidak yakin, pahamilah kultur, sejarah, dan tradisi yang berkembang secara dominan di tengah-tengah masyarakat kita. *
Posting Komentar
:) :3 :putnam: ^_^ (^^^)